January 13, 2012

maaf

"Maaf!" itulah satu kata yang rasanya sering kudengar. Dan aku yang saat itu berperan sebagai seseorang yang berjiwa besar, lapang dada hanya menjawab "Iya, aku maafin." biar aku disebut sebagai seorang yang pemaaf. Tapi jujur, sampai saat ini pun aku nggak tau, sebetulnya kata maaf itu punya definisi yang sama dengan apa yang tercantum dalam kamus besar bahasa Indonesia dengan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Sesaat aku ngerasa bingung, setelah udah berjuta (mungkin) kata 'kumaafin' itu terlontar dari mulutku, tapi apa pengaruhnya? apa bedanya seperti sebelumnya? rasanya sama saja....

Ada seseorang mengucapkan kata maaf, wajahnya benar-benar terlihat serius, matanya menatap tajam, lurus kearah mataku. Dan kamu tau apa yang ada dipikiranku? "Dia sungguh-sungguh!"
Dengan pemikiran itupun akhirnya aku memaafkan kesalahnya, dengan harapan tak akan mengulangi kesalahannya lagi.

Seseorang pernah mengatakan lagi kata maaf. Tetapi itu terjadi saat keadaan yang baik-baik saja. Sampai kubilang, "Maaf kenapa?" Dia hanya mengatakan, "Ya, maaf apa aja, barangkali aku punya salah." Oke, mungkin kupikir dia memang punya salah tanpa aku sadari, atau mungkin dia ingin minta maaf karena dia takut ada kesalahan yang dia perbuat tanpa disadarinya.

Lagi, seseorang mengatakan maaf. Kali ini seseorang itu benar-benar membuat hatiku terenyuh, walaupun sebenarnya hati ini 'agak' marah dan menyesali telah memaafkannya. Tapi bagaimanapun juga, dia dulu benar-benar berarti buatku.

Dan sekarang kembali lagi, maaf?

Aku punya pandangan dan pengalaman. Dari ketiga karakter 'seseorang' yang telah kusebutkan tadi, aku bisa menyimpulkan bahwa kata maaf itu sesungguhnya bukan sesuatu hal yang berarti lagi pada jaman sekarang. Kata maaf bukan lagi menjadi suatu ukuran apakah dia baik atau tidak.
Seseorang itu selalu mengatakan maaf ketika dia tidak ingin kehilangan sesuatu. Ketika dia tidak ingin seseorang didekatnya itu marah. Tapi mungkin seseorang kedua dia benar-benar seorang yang perasa, sampai melihat setiap orang didekatnya pun dia bilang 'maaf', karena mungkin dia tidak ingin memiliki kesalahan apapun pada siapapun dan nggak ingin ada orang lain dendam padanya.
Tetapi mungkin kata maaf itu sebagai suatu formalitas, dimana dia pikir hanya dengan mengucapkan kata maaf semua kesalahan yang telah dia perbuat itu terhapuskan dan menganggapnya semua baik-baik saja ketika aku mengatakan, "Ya, kumaafin".

Semua cuma omong kosong kalau kubilang. Kata maaf ini ambigu. Aku selalu merasa bahwa seseorang dapat berulang kali, bahkan mungkin berkali-kali melakukan kesalahan yang sama setelah mengucapkan berulang kali kata maaf untuk kesalahan itu. Maaf hanya untuk meredam emosi sesaat, untuk meluluhlantakkan perasaan seseorang. Tapi mungkin itu terjadi dulu, lain lagi dengan sekarang.
Aku mendapatkan sebuah kata maaf dari seseorang, dan aku telah menyimpulkan beberapa makna tentang maaf yang dia lontarkan saat itu.
Ini memang tentang hal yang sensitif, dengan keadaanku yang boleh dibilang lagi 'terbang' ke awan. Saat itu dia mengatakan kata "maaf" dan dengan hati yang tegar juga so' dewasa, kubilang "iya nggak apa-apa". Walaupun saat itu rasanya bener-bener sakit. Aku pikir saat itu dia bilang maaf untuk hal yang nggak akan dilakuinnya lagi, tapi... maaf itu mungkin berkata lain. Ibarat kaya dalam kehidupan sehari-hari, maaf itu ambigu, mungkin bisa bermakna "Maaf, aku udah ngambil makanan kamu" dengan "Maaf, kuambil makanan kamu ya". Ambigu.

Sayangnya ternyata berlanjut sampai sekarang, nggak akan pernah lupa kata maaf itu. Dari seseorang yang bener-bener deket. Terkadang kata-kata tuh sulit untuk diimplementasikan.
Tapi ada kata maaf yang membuat aku berbalik meminta maaf. Maaf yang bener-bener aku rasa udah tertulis dalam hati, dalam pikiran dan itu nggak akan pernah lupa, saat seseorang bilang :
"Teh, maafin ibu ya udah bikin salah, udah marahin teteh"
Dan kamu tau apa yang ada dipikiranku? Aku berjalan perlahan mendekati ibu yang memunggungi kedatanganku. "Maafin karena selama ini Dian jadi anak yang sering bikin ibu marah", kataku pelan sambil berurai air mata dan memeluk ibu.

No comments:

Post a Comment